BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Cara berpikir anak berbeda
dari cara berpikir oramg dewasa. Cara anak mengamati dunia sekitarnya dan
mengorganisasikan pengetahuannya yang didapatnya berbeda dengan orang dewasa.
Oleh karena itu anak memahami dunia dengan cara yang berbeda dan hidup dengan
pandangan hidup yang berbeda pula. Itu pulalah alasan mengapa setiap orang yang
melayani anak, perlu memahami secara mendalam perkembangan berpikir anak
tersebut.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah
teori perkembangan berpikir anak menurut Piaget?
b. Apa saja
kemampuan berpikir anak tinggkat sekolah dasar?
c. Apakah faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir anak tingkat sekolah dasar?
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah
di atas, tujuan yang ingin dicapai penulis adalah :
a. Untuk
mengetahui teori perkembangan berpikir anak menurut Piaget.
b. Untuk
mengetahui berbagai kemampuan berpikir anak tinggkat sekolah dasar.
c. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kemampuan berpikir anak
tingkat sekolah dasar.
I.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan
tentang perkembangan berpikir.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang
kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
II.A Tinjauan Selintas Teori
Perkembangan Berpikir Menurut Piaget
Piaget berpendapat
bahwa dimana pun anak seantero dunia ini, akan mengalami empat periode
perkembangan berpikir yaitu periode berpikir sensorimotorik, periode berpikir
preoperasional, periode berpikir konkret, dan periode berpikir formal atau
abstrak yang berlangsung dari lahir sampai remaja. Tidaklah setiap anak
mencapai suatu periode perkembangan tertentu dalam waktu yang sama persis. Akan
ditemui sedikit perbedaan umur dalam memasuki periode perkembangan berpikir
tertentu, meskipun mereka dalam perkembangan yang normal. Pada anak-anak yang
mentalnya terbelakang perkembangan dari periode yang satu ke periode yang
lainnya dapat dicapai pada umur yang berbeda dengan anak-anak normal, karena
anak yang bermantal terbelakang perkembangan berpikirnya lebih lambat dari pada
perkembangan berpikir anak normal (Mac Millan, 1977).
1.
Perkembangan
Berpikir Sensorimotorik 0 – 2 tahun
Dinamakan
perkembangan sensorimotorik karena anak memahami lingkungannya dengan melalui
pengindraan (sensori) dan melalui gerakan-gerakan (motorik). Misalnya anak
memahami tangannya dapat diisapnya. Periode sensorimotorik dapat dibagi menjadi
enam fase yaitu :
a. Umur
1 (satu) bulan (fase pertama)
1)
Kemampuan berpikir
reflek.
2)
Kemampuan
menggerak-gerakkan anggota badan walaupun belum terkoordinasi.
3)
Kemampuan untuk
mengakomodasi dan mengasimilasikan berbagai kesan yang diterimanya dari
lingkungannya.
b. Umur
1 – 4 bulan (fase kedua)
Kemampuan
memperluas schemata yang dimilikinya secara hereditas.
c. Umur
4 – 8 bulan (fase ketiga)
Dipahaminya
hubungn antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada
benda itu.
d. Umur
8 – 12 bulan (fase keempat)
1) Kemampuan
memahami bahwa benda “tetap ada” walaupun untuk sementara menghilang, dan pada
waktu yang akan datang dapat muncul kembali.
2) Kemampuan
melakukan berbagai percobaab (eksperimen).
3) Kemampuan
menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada orang tua.
e. Umur
12- 18 bulan (fase kelima)
1) Kemampuan
untuk meniru.
2) Kemampuan
untuk melakuakn berbagai eksperimen terhadap lingkungan lebih lancer.
f. Umur
18 – 24 bulan (fase keenam)
1) Kemampuan
untuk mengingat dan berpikir.
2) Kemampuan
untuk berpikir dengan mempergunakan simbol – simbol bahasa sederhana.
3) Kemampuan
berpikir untuk memecahkan masalah sederhana, sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
4) Kemempuan
memahami diri sendiri sebagai individu mulai berkembang.
2.
Perkembangan Berpikir Preoperasional 2 – 6 tahun
Periode berpikir preoperasional berlangsung antara dua
tahun sampai enam tahun. Pada periode ini anak telah mempergunakan aktivitas
mental dalam berpikir. Misalnya anak telah dapat mengkombinaikan dan
mentransformasikan berbagai informasi
Ciri khas perkembangan berpikir anak pada periode
preoperasional adalah cara berpikir mereka yang egosentris, yakni menganggap
benar apa yang dipikirnya, walaupun kadang tidak sesuai dengan kenyataan.
Tingkah laku anak yang seedang dalam berpikir egosenteris dapat dilihat dari
tingkah laku berikut ini, yaitu :
a.
Berpikir imaginatif
Anak yang berpikir imaginatif menganggap bahwa khayalan-khayalan sebagai suatu realita. Oleh karena itu muncullah “dusta khayal”. Orang tua hendaknya memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengembangkan khayalan anak itu, yaitu dengan cara mendengarkan cerita anak tentang
khayalannnya.
b.
Berbahasa
egosentris
Anak yang berpikir egosentris hanya mampu berdialog
dengan dirinya sendiri, karena pikirannya tertuju pada dirinya sendiri. Anak
belum mampu berdialog dengan orang lain. Berbahasa egosentris sering muncul
pada anak umur 2 – 3,5 tahun.
c.
memiliki “aku” yang tinggi
Anak hanya memahami pemikirannya sendiri. Anak pada
periode ini menuntut orang lain mengerti pikirannya, namun ia belum mampu
mengerti pikiran orang lain. Anak ini cenderung tidak mau mengikuti aturan yang
selama ini selalu dipatuhinya.
d.
Menampakkan
dorongan ingin tahu yang tinggi.
Dorongan ingin tahu yang
tinggi, dapat diperlihatkan anak dalam tingkah laku bertanya yang banyak dan
terus-menerus tentang suatu objek sampai ia merasa puas. Makin bertambah usia
mereka, maka kualitas pertanyaan berkembang. Mereka ingin tahu lebih banyak
tentang sangkut paut antara berbagai objek dan berbagai peristiwa yang mereka
alami. Makin tinggi intelektual dan makin berkembang kepribadian anak maka
makin tinggi pula dorongan anak untuk bertanya. Tiga hal yang harus
diperhatikan dalam menjawab pertanyaan anak, yaitu:
1.
Menjawab pertanyaan
anak dengan cara yang mudah dimengerti anak. Hindarilah jawaban yang sulit
dipahami anak.
2.
Menjawab pertanyaan
anak dengan cara yang jujur. Jangan memberikan pertanyaan yang membohongi anak.
3.
Menampakkan penghargaan
terhadap pertanyaan anak. Jauhi sikap meremehkan atau merendahkan pertanyaan
anak.
Jika orang tua menjawab pertanyaan anak dengan
memperjatikan tiga hal di atas, maka perkembangan berpikir anak akan meningkat.
Sebaliknya, jika orang tua mengabaikan ketiga hal di atas maka kemampuan
berpikir anak sulit berkembang dengan baik. Jika orang tua menjawab pertanyaan
anak dengan menyatakan yang tidak benar, atau membohongi anak, maka akan timbul
sikap tidak percaya anak terhadap orang tua. Jika sikap tidak percaya terhadap
orang tua tersebut berlangsung sampai remaja, maka anak enggan membicarakan
persoalan-persoalan yang dihadapinya sewaktu remaja kepada orang tuanya dan
anak akan mencari orang lain untuk oarang menyelesaikan permasalahannya yaitu
teman sebanyanya yang juga belum dapat memberikan jawaban yang benar. Keadaan
ini dapat menjadikan si remaja memiliki konsep yang salah tentang berbagai
persoalan di atas dan sebagai akibatnya si remaja bertingkah laku yang salah
pula. Orang tua yang mengabaikan atau merendahkan pertanyaan anak dapat
menjadikan anak menjadi individu yang pasif. Andaikan terjadi pada diri anak
yang dalam berpikir egosentris, keinginan bertanya yang rendah maka otang
tualah yang seharusnya memberikan pertanyaan-pertayaan, sehingga anak
terangsang untuk berpikir.
e.
Perkembangan
bahasa yang pesat.
Menurut owen, froman dan moscow (1981), anak pada
periode ini telah menguasai kata-kata antara 200 – 2000 kata. Berbahasa yang banyak dan benar, sangat
menunjang peningkatan perkembangan berpikir anak. Menciptakan situasi yang
memungkinkan anak berbahasa dengan baik dan benar, dapat membantu perkembangan
bahasa anak.
3.
Periode
Berpikir Konkret 6/7 – 11/12 tahun
Dikatakan
periode berpikir konkret, kerena pada periode ini anak hanya mampu berpikir
dengan logika jika untuk memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret
atau nyata saja, yaitu dengan cra mengamati atau melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan pemecahan persoalan-persoalan itu. Anak hanya mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang divisualkan, dan sangat sulit bagi anak
untuk memahami masalah-masalah yang sifatnya verbal. Misalnya, kita katakan
kepada anak kelas 4 sebagai berikut : saya mempunyai tida batang pensil, pensil
kuning, merah, dan biru. Pensil merah lebih panjang dari pada pensil kuning,
tetapi lebih pendek dari pada pensil biru. Pensil manakah yang paling panjang?
Anak-anak ini akan menjadi bingung untuk manjawab. Tetapi jika kita gambarkan
di papan tulis pensil-pensil yang dimaksud, maka dengan mudah mereka
menjawabnya.
4.
Perkembangan
Berpikir Formal
Anak
mencapai kemampuan berpikir formal I ditandai oleh dikuasainya
kemampuan-kemampuan berikut ini :
a.
Kemampuan berpikir
abstrak, yaitu kemampuan menghubungkan berbagai konsep tanpa disertai perirtiwa
atau benda-benda konkret.
b.
Kemampuan berpikir
logis dengan objek-objek yang abstrak. Kemampian ini penting dalam berpikir
ilmiah.
c.
Kemampuan untuk
mengintropeksi diri seendiri, sehingga kesadaran diri sendiri tercapai.
d.
Kemampuan untuk
membayangkan peranan-peranan yang diperankan sebagai orang dewasa.
e.
Kemampuan untuk
menyadari dan memperhatikan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seorang
dalam masyarakat tersebut.
Dengan
tercapainya berbagai kemampuan seperti di atas maka anak telah mencapai
kemanpuan berpikir sebangai seorang dewasa.
II.B Kemampuan Berpikir
Anak Tingkat Sekolah Dasar
Pada masa anak memasuki Sekolah Dasar, anak mulai memasuki
periode berpikir konkret. Hal itu menunjukan bahwa anak telah memiliki
kemampuan-kemampuan berpikir konkret. Berbagai kemampuan yang dimiliki anak
dengan dicapainya kemampuan berpikir konkret diantaranya adalah :
1. Kemampuan
berpikir dengan mempergunakan simbol-simbol, seperti angka, huruf, maupun
simbol-simbol operasi dalam matematika seperti +,-,x,:,= dan lain-lain.
2. Kemampuan
berpikir tetap (konservasi) diperoleh secara berangsur-angsur dengan masuknya
anak ke periode berpikir konkret. Anak sudah memahami bahwa jumlah sekumpulan
objek tidak akan berubah apabila diletakkan dalam susunan yang berubah.
Misalnya, suatu zat pada benda akan berjumlah tetap meskipun benda itu
dibagi-bagi atau bentuknya dirubah. Pada kemampuan ini anak berumur 7-8 tahun.
Demikian juga ketetapan luas dapat dikuasai pada periode ini. Misalnya, luas
suatu daerah yang dipotong-potong dan susunan potongan-potongan itu dirubah,
maka luasnya akan tetap. Sedangkan pada anak berumur 9-12 tahun, anak
dapat memahami ketetapan berat.
Contohnya sebongkah tanah liat akan tetap sama, walaupun bentuk tanah liat itu
dirubah. Pada umur 11 atau 12 tahun anak akan memahami konsep ketetapan isi.
Sebagai contoh, isi sebuah gelas yang pendek jika dimasukan ke gelas yang
tinggi isinya tetap.
3. Kemampuan
memahami bahwa objek dapat dikelompokan menurut kriteria tertentu. Sebagai
contoh, anak dapat membagi objek menjadi dua kelompok, misalnya kelompok alat
tulis dan kelompok alat memasak. Anak yang memiliki kemampuan intelektual untuk
mengelompokan berbagai objek dapat menyelesaikan persoalan sebagai berikut: “Apakah
semakin banyak pensil, akan semakin banyak alat tulis?”. Dengan menjawab “Ya”,
berarti anak mampu memahami hubungan kelompok kecil dengan kelompok yang lebih
besar.
4. Kemampuan
memahami konsep identitas dapat dikuasai karena telah dimilikinya kemampuan berpikir
tetap. Anak menyadari bahwa benda-benda memiliki zat-zat yang abadi yang berupa
sifat-sifat khas dari suatu benda. Benda itu akan tetap zatnya walaupun
dibagi-bagi, dirubah bentuk atau dipindahkan.
5. Anak
pada periode konkret akan memahami konsep kompensasi atau suatu perubahan yang
bersifat timbal balik, anak mampu memahami konsep kompensasi dengan jalan yang
mengamati bahwa bumbung yang lebih besar dapat memuat air yang lebih banyak
dibandingkan dimuat oleh sebuah gelas. Tetapi, isi bumbung itu dapat ditampung
oleh beberapa gelas.
Dengan dicapainya berbagai kemampuan berpikir diatas, maka anak
dapat belajar tentang berbagai sifat dan hubungan-hubungan yang ada antara
objek-objek yang mereka temui. Anak mampu memahami hubungan yang logis dan
menyangkut pengalaman-pengalaman mereka.
Menurut Erikson, tingkah laku anak Sekolah Dasar sebagai akibat
tercapainya kemampuan berpikir konkret adalah tingkah laku aktif produktif,
yaitu anak memiliki ide yang banyak yang ingin mereka realisasikan dalam bentuk
hasil tertentu, diantaranya:
1. Anak
senang melakukan bermacam-macam kegiatan yang membawa hasil. Seperti, menangkap
ikan di sungai dan mencari kayu di hutan.
2. Anak
suka membuat berbagai jenis mainan atau alat-alat yang secepatnya dapat mereka
manfaatkan dalam bermain. Seperti, mobil-mobilan dari barang bekas, kuda-kudaan
dari pelepah pisang, dan mainan lainnya yang bisa mereka buat dari bahan-bahan
yang ada dilingkungannya.
Anak dalam periode ini tidak tertarik untuk membuat benda-benda
yang prosesnya panjang atau menuntut hasil dengan kualitas tertentu, karena
tujuan mereka membuat sesuatu barang bukan untuk meningkatkan hasil yang
bersifat ekonomis, tetapi hanya untuk sekedar pemuasan ide dan kesenangan
bermain.
II.C.Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Berpikir Anak Tingkat Sekolah Dasar
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan berpikir anak
yaitu faktor hereditas dan faktor
lingkungan.
1.Faktor
Heriditas
Anak semenjak dari dalam kandungan telah memiliki
sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya.Secara potensial anak
telah membawa kemungkinan,apakah akan menjadi berkemampuan berpikir setaraf
normal,diatas normal atau dibawah normal. Namun keadaan yang bersifat potensial
ini tidak akan terealisasi secara optimal apabila lingkungan kurang memberi
kesempatan dan kurang memberikan rangsangan yang sesuai.Oleh karena itu peranan
lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
2.Faktor Lingkungan
a.Keluarga
Keluarga dapat mempengaruhi perkembangan berpikir
anak dengan cara memberi kesempatan bagi anak merealisasikan
ide-idenya,menghargai ide-ide tersebut dan memuaskan dorongan ingi tau.Yang
paling penting dilakukan orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak
dalam berbagai bidang kehidupan,sehingga ia memiliki informasi atau pengetahuan
yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir.Suatu penelitian yang
dilakukan oleh Belmont dan Marolla,(1973) yang menyangkut pengaruh pemberian
perhatian orang tua terhadap perkembangan berpikir anak,mendapatkan kesimpulan
bahwa anak-anak yang bersaudara banyak lebih rendah ketrampian intelektualnya
dibandingakan dengan anak yang bersaudara lebih sedikit.Hal ini disebabkan
karena kurangnya perhatian orang tua,untuk masing-masing anak jika jumlah anak
banyak atau orang tua harus membagi perhatiannya.
b.Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang diberi
tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan anak,termasuk perkembangan
berpikir mereka.Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
perkembangan beepikir anak SD,diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menciptakan
interaksi yang akrab dengan murid.Cara guru membahas,menanggapi dan berpendapat
tentang suatu masalah atau objek akan mengimbas kepada murid-muridnya.Melalui
pertanyaan-pertanyaaan yangndiberikan oleh guru dapat meningkatkan ide dan
kreativitas murid dalam menjwab pertanyaan dari guru.Sat hal yang tak kalah
pentingnya yang perlu dilakukan dalam berinteraksi dengan muridnya adalah
mengembangkan kemampuan berpikir murid itu adalah menghargai pendapat,ide-ide
dan aspirasi mereka (Gallagher dan Ashner.19630.
2) Menurut
Piaget,yang dikemukakan oleh Thonburg(1984).Interaksi dengan orang tua atau
objek-objek dilingkungan asli anak mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap
perkembangan berpikir anak dari pada pengaruh yang ditimbulkan oleh
pengetahuan-pengetahuan yang disampaikan melalui cerita atau cara-cara yang
bersifat verbal.Disamping itu dengan membawa anak kepada objek-objek dalam
lingkungan,seperti objek-objek budaya,ilmu pengetahuan dan lain-lainnya yang
sejenis yang dapat pula menunjaang perkembangan berpikir anak.
3) Meningkatkan
kemampuan berbahasa murid,baik melalu media-media cetak maupun menyediakan
situasi yang memungkinkan murid berpendapat atau mengemukakan ide-idenya sangat
besar manfaatnya bagi perkembangan berpikir murid.Oleh karena itu pelajaran
bahasa sangat penting diberikan kepada anak,karena memungkinkan anak belajar
cara-cara mengungkapkan pikiran atau ide-idenya dengan bahasa yang tepat dan
benar.
4) Menjaga
dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak,baik melaluikegiatan olah raga maupun
penyediaan gizi yang cukup.Penting bagi perkembangan anak.Anak yang terganggu
secara fisik,perkembangan berpikirnya akan terganggu juga.Seperti dikemukakan
oleh Owen(1981),bahwa kekuatan biologis penting sekali bagi anak untuk mencapai
kemampuan berpikir yang sudah sepantasnya mereka kuasai.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Piaget berpendapat
bahwa semua anak akan mengalami empat periode perkembangan berpikir yaitu
periode berpikir sensorimotorik, periode berpikir preoperasional, periode
berpikir konkret, dan periode berpikir formal atau abstrak yang berlangsung
dari lahir sampai remaja.
1. Perkembangan
berpikir sensorimotorik 0 – 2 tahun
2. Perkembangan berpikir preoperasional 2 – 6 tahun
3. Periode berpikir konkret 6/7 –
11/12 tahun
4. Perkembangan
berpikir formal
Pada masa anak memasuki
Sekolah Dasar, anak mulai memasuki periode berpikir konkret. Hal itu menunjukan
bahwa anak telah memiliki kemampuan-kemampuan berpikir konkret.
Ada dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan berpikir anak yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.
III.2 Saran
Semua anak akan mengalami empat periode
perkembangan berpikir yaitu periode berpikir sensorimotorik, periode berpikir
preoperasional, periode berpikir konkret, dan tidaklah setiap anak mencapai
suatu periode perkembangan tertentu dalam waktu yang sama persis. Selain itu
cara berpikir anak berbeda dari cara berpikir orang dewasa, sehingga setiap
orang yang melayani anak perlu memahami secara mendalam perkembangan berpikir
anak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner.
J.S. 1964. The Course of Cognitive Growth. American Psychologist. 19: 158-160.
Gallagher, J.J & Ashner, M.J.M. 1963. Preliminary Reports: Analyses of Classroom
Interaction. New York:John Wiley & Sons,Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar